Kenyataannya sholat jamaah di masjid yang ada di negeri ini diluar
bulan ramadhan lebih banyak kosongnya daripada isinya. Paling banyak 2-3 shaf
untuk sholat Maghrib, sedangkan untuk Sholat Subuh dan Isya’ sedikit peminatnya
kecuali para jamaah lansia yang akan banyak kita dapati di shaf-shaf sholat
subuh. Terbuktilah sabda Nabi SAW : “Sesungguhnya shalat yang paling berat bagi
orang munafik adalah shalat Isya’ dan shalat Subuh. Sekiranya mereka mengetahui
apa yang terkandung di dalamnya, niscaya mereka akan mendatangi keduanya
(berjamaah di masjid) sekalipun dengan merangkak” [HR Al-Bukhari dan Muslim]
Meskipun anjuran sholat berjamaah di masjid terutama bagi
laki-laki terus disampakan setiap saat tetapi belum juga menggerakkan hati.
Shalat 5 waktu sebagai tiang agama dalam Islam memegang peranan
penting menyangkut status keislaman seseorang. Dalam Al-Qur’an disebutkan:
“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang
menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan
menemui ghayya.” (QS. Maryam: 59)
Para ulama menafsirkan kata ‘ghoyya’ dalam ayat tersebut bahwa dia
adalah sungai di Jahannam yang makanannya sangat menjijikkan, yang tempatnya
sangat dalam. Para ulama menyatakan bahwa tatkala orang yang meninggalkan
shalat berada di dasar neraka, maka ini menunjukkan kafirnya mereka. Karena
dasar neraka bukanlah tempat seorang pelaku maksiat selama dia masih muslim.
Hal ini dipertegas dalam lanjutan ayatnya, “Kecuali orang yang bertaubat, beriman
dan beramal saleh.” Ini menujukkan bahwa ketika mereka menyia-nyiakan shalat
dengan cara meninggalkannya, maka mereka bukanlah orang yang beriman. Hadist
Rasulullah SAW:
“Sungguh yang memisahkan antara seorang laki-laki (baca: muslim)
dengan kesyirikan dan kekufuan adalah meninggalkan shalat.” (HR. Muslim)
Na’uduzubillah, semoga kita bukan termasuk orang yang digolongkan
pada kekafiran akibat meninggalkan shalat. Shalat fardhu berjamaah di
masjid juga ternyata menjadi salah satu hal yang penting mengenai status
keislaman kita. Bahkan Rasulullah SAW dalam hadistnya begitu tegas
menyampaikan:
“Pernah ada seorang lelaki buta datang kepada Rasulullah
salallahu’alaihi wassalam, ia berkata: ‘ Ya Rasulullah, aku tidak memiliki
pemandu yang bias menuntunku untuk pergi ke masjid.’ Dia lalu meminta kepada
Rasulullah salallahu’alaihi wassalam agar diberi keringanan untuk mengerjakan
shalat dirumah, lalu beliau mengabulkannya. Namun tatkala lelaki itu hendak
pergi, beliau memanggilnya, lalu bertanya: ‘Apakah engkau mendengar
dilantunkannya adzan?’ dia menjawab: ‘Ya.’ Beliau bersabda: ‘Kalau begitu,
datangilah (shalat berjama’ah).’” (HR. Muslim)
Logikanya orang yang buta saja masih dianjurkan untuk menuju
shalat berjamaah, apalagi bagi yang normal. Tak ada uzur sedikitpun. Moga kita
bukanlah termasuk jamaah musiman yang dimaksud, apalagi sampai meniggalkan
sholat 5 waktu. Kita lah sepatutnya yang mengakan sholat bahkan mengajak
keluarga kita. Dalam Qur’an disebutkan:
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa
yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan.”
Berbeda halnya di bulan Ramadhan yang dimana jamaah di masjid akan
membludak sampai-sampai di hari-hari awal masjid-masjid penuh sesak karena
tidak dapat menampung banyaknya jemaah karena semangat awal ramadhan yang
menggebu-gebu, Namun sayang seribu sayang pada akhir Ramadhan jamaah di
masjid-masjid mengalami kemajuan shaf karena kesibukan menyambut idul fitri
sehingga kebanyakan dari mereka lebih memilih bergentayangan di Mal-mal....(Afwan),
Padahal seharusnya di akhir ramadhan itulah penentuan kita mendapatkan gelar
takwa atau tidak.
Setelah Ramadhan berakhir maka tidak ada pula yang tersisa, bahkan
jumlah jamaah di masjid pun akan kembali seperti semula pada bulan-bulan
di luar ramadhan, atas dasar inilah admin menggunakan kata Jamaah musiman
(jamaah yang hanya ada di musim-musim tertentu saja)
Meminjam Istilah ustad Nur Maulana: "JAMAAAAH....OOOOHHH...JAMAAAAH, JADI JAMAAH KOK MUSIMAN"
Nah, sekarang pertanyaan itu kembali pada diri kita masing-masing,
apakah anda jamaah musiman atau jamaah sejati? Silahkan di jawab sendiri
Semoga Bermanfaat
Wallahu A’lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Leave Your Comment