“Dari
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallambersabda: “Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan,
bulan yang penuh berkah, Allah telah mewajibkan atas kalian berpuasa di
dalamnya, dibuka pintu-pintu langit dan ditutup pintu-pintu neraka jahim serta
dibelenggu pemimpin-pemimpin setan, di dalamnya Allah mempunyai satu malam yang
lebih baik dari seribu bulan siapa yang dihalangi untuk mendapatkan kebaikannya
maka ia telah benar-benar dihalangi dari kebaikan“. (Hadits riwayat An Nasai dan dishahihkan di
dalam kitab Shahih At Targhib Wa At Tarhib.)
Namun kecerian itu akan
lebih berarti jika kita benar-benar menyambut bulan ini dengan ilmu yang
berkaitan dengan amalan di bulan ini.
Berikut hal-hal yang perlu diketahui agar bulan Ramadhan ini betul-betul sesuai syar’i:
Berikut hal-hal yang perlu diketahui agar bulan Ramadhan ini betul-betul sesuai syar’i:
1.Niat
Puasa ramadhan wajib
baginya berniat, baik pada malamnya maupun mendekati waktu sahur. Rasulullah
SAW bersabda : “Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya....”
(HR.Bukhari Muslim).
Namun satu hal yang perlu diketahui bahwa perkara niat adalah urusan hati sehingga ia tidak boleh dilafadzkan dengan lisan. Bahkan termasuk perbuatan bid’ah bila niat itu dilafadzkan, sehingga Niat itu termasuk bagian dari iman karena niat termasuk amalan hati dan Amal tergantung dari niat, meliputi sah tidaknya, sempurna atau kurangnya, taat atau maksiat.
Melafadzkan Niat Puasa, Hal ini adalah perbuatan bid’ah, yang kebanyakan masyarakat kita melafadzkan niat: “Nawaitu shauma ghadin, dst…” Niat yang benar ketika akan puasa ramadhan yaitu meniatkan pada malam sebelumnya tanpa dilafadzkan, karena niat itu tempatnya di hati, bukan di bibir.
imam Ibnu Abil Izz Al-Hanafi rahimahullah: “Tak seorangpun dari imam yang empat, baik Imam Syafi’i rahimahullah maupun lainnya yang mensyaratkan harus melafadzkan niat, karena niat itu di dalam hati dengan kesepakatan mereka.”[Kitab Al-Ittiba’: 62]
Namun satu hal yang perlu diketahui bahwa perkara niat adalah urusan hati sehingga ia tidak boleh dilafadzkan dengan lisan. Bahkan termasuk perbuatan bid’ah bila niat itu dilafadzkan, sehingga Niat itu termasuk bagian dari iman karena niat termasuk amalan hati dan Amal tergantung dari niat, meliputi sah tidaknya, sempurna atau kurangnya, taat atau maksiat.
Melafadzkan Niat Puasa, Hal ini adalah perbuatan bid’ah, yang kebanyakan masyarakat kita melafadzkan niat: “Nawaitu shauma ghadin, dst…” Niat yang benar ketika akan puasa ramadhan yaitu meniatkan pada malam sebelumnya tanpa dilafadzkan, karena niat itu tempatnya di hati, bukan di bibir.
imam Ibnu Abil Izz Al-Hanafi rahimahullah: “Tak seorangpun dari imam yang empat, baik Imam Syafi’i rahimahullah maupun lainnya yang mensyaratkan harus melafadzkan niat, karena niat itu di dalam hati dengan kesepakatan mereka.”[Kitab Al-Ittiba’: 62]
2. Penentuan Ramadhan.
Seorang muslim tidak
memulai puasa kecuali dengan dua cara : Yang pertama adalah dengan melihat
bulan (ruqyatul hilal) didasarkan pada Firman Allah SWT
“barangsiapa
di antara kamu menyaksikan (di negeri
tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan tersebut.” (QS. Al Baqarah: 185)
Yang Kedua adalah dengan menyempurnakan
bilangan sya’ban 30 hari, hal ini didasarkan pada sabda Nabi SAW
”Apabila
bulan telah masuk kedua puluh sembilan malam (dari bulan Sya’ban, pen). Maka
janganlah kalian berpuasa hingga melihat hilal. Dan apabila mendung,
sempurnakanlah bulan Sya’ban menjadi tiga puluh hari (HR. Bukhari no. 1907 dan Muslim no. 1080, dari ‘Abdullah bin ‘Umar.)
3. Amalan Baru.
Beribadah dalam bulan ramadhan
pahalanya berlipat-lipat jika dibandingkan beribadah di bulan yang lain, namun
kita wajib berhati-hati dengan ibadah atau amalan yang baru di bulan yang mulia
ini dimana amalan itu tidak pernah dicontohkan Rasulullah SAW dan tidak pernah
dikerjakan oleh sahabat Nabi yang mulia, karena sebagaimana halnya jika pahala
dilipatgandakan di bulan ini maka perbuatan dosa pun akan dilipatgandakan pula
dosanya.
Nabi SAW bersabda : “ Barangsiapa yang membuat sesuatu yang baru dalam masalah (agama) kami ini yang tidak bersumber darinya (agama), maka dia tertolak”.(HR Muslim)
Nabi SAW bersabda : “ Barangsiapa yang membuat sesuatu yang baru dalam masalah (agama) kami ini yang tidak bersumber darinya (agama), maka dia tertolak”.(HR Muslim)
4. Membuang-buang waktu.
Bulan ramadhan merupakan bulan ibadah
sehingga jangan sampai kesempatan yang sangat berharga ini belalu begitu saja
dengan tidak dimanfaatkan sama sekali, seperti menghabiskan waktu hanya di
depan TV atau menunggu buka puasa dengan tidur seharian penuh. Rasulullah SAW
bersabda: “Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari
puasanya melainkan hanya lapar dan dahaga”.(HR At-Thabrani)
5. Sengaja Membangunkan Orang Sahur dengan Teriakan atau Nyanyian
Yakni membangunkan orang untuk sahur dengan berteriak: “Sahur… Sahur…”. Perbuatan seperti ini tidak ada contohnya di zaman Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam dan tidak pula diperintahkan oleh beliau. Dan tidak pula dilakukan oleh para sahabat, tabi’in dan tabiut tabi’in.
Di Mesir, para muadzin menyerukan lewat menara masjid: “Sahur… Sahur… Makan… Minum…”, kemudian mereka membaca firman Allah subhanahu wa ta’ala:
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berspuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.”[Q.S. Al-Baqarah [2]: 183]
Di negeri Syam (Yordania, Palestina) lebih parah lagi, mereka membangunkan sahur dengan membunyikan alat musik, bernyanyi, menari dan bermain.
Tidak ketinggalan di Indonesia, berbagai macam cara dilakukan oleh orang-orang awam. Ada yang keliling kampung sambil teriak-teriak: “Sahur… Sahur…” Di sebagian daerah dengan membunyikan musik lewat mikrofon masjid atau dengan membunyikan tape dan membawanya keliling kampung, ada yang membunyikan mercon atau meriam bambu, dan lain sebagainya. Semua itu adalah perbuatan bid’ah.
Syaikh Abdul Qodir Al-Jazairi rahimahullah, beliau berkata: “Apa yang dilakukan oleh sebagian orang jahil (bodoh) pada zaman sekarang di negeri kita (Al-Jazair, termasuk juga di Indonesia, ed) berupa membangunkan orang puasa dengan kentongan merupakan kebid’ahan dan kemungkaran yang seharusnya dilarang dan diingatkan oleh orang-orang yang berilmu.”[Kitab Shofwah Al-Bayan fii Ahkam Al-Adzan wa Al-Iqomah: 115-116]
6. Imsak
Ini adalah bid’ah yang diada-adakan oleh sebagai masyarakat kita yang kurang mengenal sunnah yang shahih. Mereka menganggap bahwa ketika ada bunyi atau teriakan imsak, maka semuanya harus berhenti makan dan minum. Bahkan lebih parah lagi jika ada yang menganggap jika setelah imsak masih makan atau minum, maka puasanya batal. Hal ini adalah sebuah kekeliruan, karena perbuatan yang benar yaitu berhenti sekitar (lama waktunya) ketika dibacakan 50 ayat dari Al-Qur’an.
Sahabat Anas meriwayatkan dari Zaid bin Sabit radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata:
“Kami makan sahur bersama Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam kemudian beliau shalat. Maka kata Anas, “Berapa lama jarak antara adzan dan sahur?”, Zaid menjawab, “Kira-kira 50 ayat membaca ayat al-Qur’an.”[Hadits Riwayat Muttafaqun ‘Alaih (hadits shahih berdasarkan kesepakatan Imam Bukhari dan Imam Muslim)]
7. Menunda adzan maghrib dengan niat untuk kehati-hatian
Hal ini bertolak belakang dan menyelisihi sunnah Rasulallah shalallahu ‘alaihi wa salam, beliau shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda:
“Manusia senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka.”[Hadits Riwayat Muttafaqun ‘Alaih (hadits shahih berdasarkan kesepakatan Imam Bukhari dan Imam Muslim)]
5. Sengaja Membangunkan Orang Sahur dengan Teriakan atau Nyanyian
Yakni membangunkan orang untuk sahur dengan berteriak: “Sahur… Sahur…”. Perbuatan seperti ini tidak ada contohnya di zaman Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam dan tidak pula diperintahkan oleh beliau. Dan tidak pula dilakukan oleh para sahabat, tabi’in dan tabiut tabi’in.
Di Mesir, para muadzin menyerukan lewat menara masjid: “Sahur… Sahur… Makan… Minum…”, kemudian mereka membaca firman Allah subhanahu wa ta’ala:
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berspuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.”[Q.S. Al-Baqarah [2]: 183]
Di negeri Syam (Yordania, Palestina) lebih parah lagi, mereka membangunkan sahur dengan membunyikan alat musik, bernyanyi, menari dan bermain.
Tidak ketinggalan di Indonesia, berbagai macam cara dilakukan oleh orang-orang awam. Ada yang keliling kampung sambil teriak-teriak: “Sahur… Sahur…” Di sebagian daerah dengan membunyikan musik lewat mikrofon masjid atau dengan membunyikan tape dan membawanya keliling kampung, ada yang membunyikan mercon atau meriam bambu, dan lain sebagainya. Semua itu adalah perbuatan bid’ah.
Syaikh Abdul Qodir Al-Jazairi rahimahullah, beliau berkata: “Apa yang dilakukan oleh sebagian orang jahil (bodoh) pada zaman sekarang di negeri kita (Al-Jazair, termasuk juga di Indonesia, ed) berupa membangunkan orang puasa dengan kentongan merupakan kebid’ahan dan kemungkaran yang seharusnya dilarang dan diingatkan oleh orang-orang yang berilmu.”[Kitab Shofwah Al-Bayan fii Ahkam Al-Adzan wa Al-Iqomah: 115-116]
6. Imsak
Ini adalah bid’ah yang diada-adakan oleh sebagai masyarakat kita yang kurang mengenal sunnah yang shahih. Mereka menganggap bahwa ketika ada bunyi atau teriakan imsak, maka semuanya harus berhenti makan dan minum. Bahkan lebih parah lagi jika ada yang menganggap jika setelah imsak masih makan atau minum, maka puasanya batal. Hal ini adalah sebuah kekeliruan, karena perbuatan yang benar yaitu berhenti sekitar (lama waktunya) ketika dibacakan 50 ayat dari Al-Qur’an.
Sahabat Anas meriwayatkan dari Zaid bin Sabit radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata:
“Kami makan sahur bersama Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam kemudian beliau shalat. Maka kata Anas, “Berapa lama jarak antara adzan dan sahur?”, Zaid menjawab, “Kira-kira 50 ayat membaca ayat al-Qur’an.”[Hadits Riwayat Muttafaqun ‘Alaih (hadits shahih berdasarkan kesepakatan Imam Bukhari dan Imam Muslim)]
7. Menunda adzan maghrib dengan niat untuk kehati-hatian
Hal ini bertolak belakang dan menyelisihi sunnah Rasulallah shalallahu ‘alaihi wa salam, beliau shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda:
“Manusia senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka.”[Hadits Riwayat Muttafaqun ‘Alaih (hadits shahih berdasarkan kesepakatan Imam Bukhari dan Imam Muslim)]
Hal-hal inilah yang admin rasa penting untuk diketahui dalam
menyambut ramadhan, selain itu kita juga wajib mengetahui beberapa hadis dhoif
yang masyhur di bulan ramadhan. Insya Allah akan ana post setelah tulisan ini.
Bersamaan dengan tulisan ini ana admin Pengobatan Islam memohon maaf jika ada pernyataan yang melukai hati baik secara langsung maupun tidak langsung....
Mari menyambut bulan Ramadhan dgn hati yang suci, semoga Ramadhan tahun ini menjadi berkah buat kita sekalian
....Marhaban Ya Ramadhan.....
Bersamaan dengan tulisan ini ana admin Pengobatan Islam memohon maaf jika ada pernyataan yang melukai hati baik secara langsung maupun tidak langsung....
Mari menyambut bulan Ramadhan dgn hati yang suci, semoga Ramadhan tahun ini menjadi berkah buat kita sekalian
....Marhaban Ya Ramadhan.....
Semoga Bermanfaat
Wallahu A’lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Leave Your Comment