Sesungguhnya Allah Ta'ala telah menetapkan sunnah Nabi
secara adil, (untuk) memusnahkan penyimpangan orang-orang sesat dari sunnah,
dan mematahkan ta'wilan para pendusta dari sunnah dan menyingkap kepalsuan para
pemalsu sunnah.
Sejak bertahun-tahun sunnah telah tercampur dengan hadits-hadits
yang dhaif, dusta, diada-adakan atau lainnya. Hal ini telah diterangkan oleh
para imam terdahulu dan ulama salaf dengan penjelasan dan keterangan yang
sempurna. Orang yang melihat dunia para penulis dan para pemberi nasehat akan
melihat bahwa mereka -kecuali yang diberi rahmat oleh Allah- tidak
memperdulikan masalah yang mulia ini walau sedikit perhatianpun walaupun banyak
sumber ilmu yang memuat keterangan shahih dan menyingkap yang bathil.
Maksud kami bukan
membahas dengan detail masalah ini, serta pengaruh yang akan terjadi pada ilmu
dan manusia, tapi akan kita cukupkan sebagian contoh yang baru masuk dan
masyhur dikalangan manusia dengan sangat masyhurnya, hingga tidaklah engkau
membaca makalah atau mendengar nasehat kecuali hadits-hadits ini -sangat
disesalkan- menduduki kedudukan tinggi. (Ini semua) sebagai pengamalan hadits :
"Sampaikanlah dariku walaupun satu ayat ..." [Riwayat Bukhari 6/361],
dan sabda beliau : "Agama itu nasehat" [Riwayat Muslim no. 55]
Sesungguhnya hadits-hadits yang tersebar di masyarakat
banyak sekali, hingga mereka hampir tidak pernah menyebutkan hadits shahih
-walau banyak-yang bisa menghentikan mereka dari menyebut hadits dhaif.
Semoga Allah merahmati Al-Imam Abdullah bin Mubarak yang mengatakan
: "(Menyebutkan) hadits shahih itu menyibukkan (diri) dari yang
dhaifnya".
Jadikanlah Imam ini sebagai suri tauladan kita, jadikanlah ilmu shahih yang telah tersaring sebagai jalan (hidup kita). Dan (yang termasuk) dari hadits-hadits yang tersebar digunakan (sebagai dalil) di kalangan manusia di bulan Ramadhan, diantaranya.
Jadikanlah Imam ini sebagai suri tauladan kita, jadikanlah ilmu shahih yang telah tersaring sebagai jalan (hidup kita). Dan (yang termasuk) dari hadits-hadits yang tersebar digunakan (sebagai dalil) di kalangan manusia di bulan Ramadhan, diantaranya.
Pertama.
"Artinya : Kalaulah seandainya kaum muslimin tahu apa yang ada di dalam Ramadhan, niscaya umatku akan berangan-angan agar satu tahun Ramadhan seluruhnya. Sesungguhnya surga dihiasi untuk Ramadhan dari awal tahun kepada tahun berikutnya ...." Hingga akhir hadits ini.
"Artinya : Kalaulah seandainya kaum muslimin tahu apa yang ada di dalam Ramadhan, niscaya umatku akan berangan-angan agar satu tahun Ramadhan seluruhnya. Sesungguhnya surga dihiasi untuk Ramadhan dari awal tahun kepada tahun berikutnya ...." Hingga akhir hadits ini.
Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah (no.886) dan Ibnul Jauzi
di dalam Kitabul Maudhuat (2/188-189) dan Abu Ya'la di dalam Musnad-nya
sebagaimana pada Al-Muthalibul 'Aaliyah (Bab/A-B/tulisan tangan) dari jalan
Jabir bin Burdah dari Abu Mas'ud al-Ghifari.
Hadits ini maudhu' (palsu), penyakitnya pada Jabir bin Ayyub,
biografinya ada pada Ibnu Hajar di dalam Lisanul Mizan (2/101) dan beliau
berkata : "Mashur dengan kelemahannya". Juga dinukilkan perkataan Abu
Nua'im, " Dia suka memalsukan hadits", dan dari Bukhari, berkata,
"Mungkarul hadits" dan dari An-Nasa'i, "Matruk"
(ditinggalkan) haditsnya".
Ibnul Jauzi menghukumi hadits ini sebagai hadits palsu, dan Ibnu
Khuzaimah berkata serta meriwayatkannya, "Jika haditsnya shahih, karena
dalam hatiku ada keraguan pada Jarir bin Ayyub Al-Bajali".
Kedua.
"Artinya :Wahai manusia, sungguh bulan yang agung telah datang (menaungi) kalian, bulan yang di dalamnya terdapat suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan, Allah menjadikan puasa (pada bulan itu) sebagai satu kewajiban dan menjadikan shalat malamnya sebagai amalan sunnah. Barangsiapa yang mendekatkan diri pada bulan tersebut dengan (mengharapkan) suatu kebaikan, maka sama (nilainya) dengan menunaikan perkara yang wajib pada bulan yang lain .... Inilah bulan yang awalnya adalah rahmat, pertengahannya ampunan dan akhirnya adalah merupakan pembebasan dari api neraka ...." sampai selesai.
"Artinya :Wahai manusia, sungguh bulan yang agung telah datang (menaungi) kalian, bulan yang di dalamnya terdapat suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan, Allah menjadikan puasa (pada bulan itu) sebagai satu kewajiban dan menjadikan shalat malamnya sebagai amalan sunnah. Barangsiapa yang mendekatkan diri pada bulan tersebut dengan (mengharapkan) suatu kebaikan, maka sama (nilainya) dengan menunaikan perkara yang wajib pada bulan yang lain .... Inilah bulan yang awalnya adalah rahmat, pertengahannya ampunan dan akhirnya adalah merupakan pembebasan dari api neraka ...." sampai selesai.
Hadits ini juga panjang, kami cukupkan dengan membawakan perkataan
ulama yang paling masyhur. Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah (1887)
dan Al-Muhamili di dalam Amalinya (293) dan Al-Asbahani dalam At-Targhib
(q/178, b/tulisan tangan) dari jalan Ali bin Zaid Jad'an dari Sa'id bin
Al-Musayyib dari Salman.
Hadits ini sanadnya Dhaif, karena lemahnya Ali bin Zaid, berkata Ibnu Sa'ad, Di dalamnya ada kelemahan dan jangang berhujjah dengannya, berkata Imam Ahmad bin Hanbal, Tidak kuat,
berkata Ibnu Ma'in. Dha'if berkata Ibnu Abi Khaitsamah, Lemah di
segala penjuru, dan berkata Ibnu Khuzaimah, Jangan berhujjah dengan hadits ini,
karena jelek hafalannya. Demikian di dalam Tahdzibut Tahdzib [7/322-323].
Dan Ibnu Khuzaimah berkata setelah meriwayatkan hadits ini, Jika
benar kabarnya. berkata Ibnu Hajar di dalam Al-Athraf, Sumbernya pada Ali bin
Zaid bin Jad'an, dan dia lemah, sebagaimana hal ini dinukilkan oleh Imam
As-Suyuthi di dalam Jami'ul Jawami (no. 23714 -tertib urutannya).
Dan Ibnu Abi Hatim menukilkan dari bapaknya di dalam Illalul Hadits
(I/249), hadits yang Mungkar
Yang benar, di seluruh waktu di bulan
Ramadhan terdapat rahmah, seluruhnya terdapat ampunan Allah dan seluruhnya
terdapat kesempatan bagi seorang mukmin untuk terbebas dari api neraka, tidak
hanya sepertiganya. Salah satu dalil yang menunjukkan hal ini adalah:
“Orang yang puasa Ramadhan karena iman dan
mengharap pahala, akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari no.38, Muslim, no.760)
Dalam hadits ini, disebutkan bahwa
ampunan Allah tidak dibatasi hanya pada pertengahan Ramadhan saja. Lebih jelas
lagi pada hadits yang diriwayatkan oleh At Tirmidzi,
Rasulullah bersabda:
“Pada awal malam bulan Ramadhan, setan-setan dan jin-jin jahat dibelenggu, pintu neraka
ditutup, tidak ada satu pintu pun yang dibuka. Pintu surga dibuka, tidak ada
satu pintu pun yang ditutup. Kemudian Allah menyeru: ‘wahai penggemar kebaikan,
rauplah sebanyak mungkin, wahai penggemar keburukan, tahanlah dirimu’.
Allah pun memberikan pembebasan dari neraka bagi hamba-Nya. Dan itu terjadi setiap malam” (HR. Tirmidzi 682,
dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi)
Adapun mengenai apa yang diyakini
oleh sebagian orang, bahwa setiap amalan sunnah kebaikan di bulan Ramadhan diganjar pahala sebagaimana amalan
wajib, dan amalan wajib diganjar dengan 70 kali lipat pahala ibadah wajib
diluar bulan Ramadhan, keyakinan ini
tidaklah benar berdasarkan hadits yang
lemah ini. Walaupun keyakinan ini tidak benar, sesungguhnya Allah ta’ala
melipatgandakan pahala amalan kebaikan berlipat ganda banyaknya, terutama
ibadah puasa di bulan Ramadhan.
Ketiga.
"Artinya : Berpuasalah, niscaya kalian akan sehat"
"Artinya : Berpuasalah, niscaya kalian akan sehat"
Hadits tersebut merupakan
potongan dari hadits riwayat Ibnu Adi di dalam Al-Kamil (7/2521) dari jalan
Nahsyal bin Sa'id, dari Ad-Dhahak dari Ibu Abbas. Nashsyal (termasuk) yang
ditinggal (karena) dia pendusta dan Ad-Dhahhak tidak mendengar dari Ibnu Abbas.
Diriwayatkan oleh At-Thabrani di dalam Al-Ausath (1/q 69/Al-Majma'ul
Bahrain) dan Abu Nu'aim di dalam At-Thibun Nabawiy dari jalan Muhammad bin
Sulaiman bin Abi Dawud, dari Zuhair bin Muhammad, dari Suhail bin Abi Shalih
dari Abu Hurairah.
Dan sanad hadits ini lemah. Berkata Abu Bakar Al-Atsram, "Aku mendengar Imam Ahmad -dan beliau menyebutkan riwayat orang-orang Syam dari Zuhair bin Muhammad- berkata, "Mereka meriwayatkan darinya (Zuhair,-pent) beberapa hadits mereka (orang-orang Syam, -pent) yang dhoif itu". Ibnu Abi Hatim berkata, "Hafalannya jelek dan hadits dia dari Syam lebih mungkar daripada haditsnya (yang berasal) dari Irak, karena jeleknya hafalan dia". Al-Ajalaiy berkata. "Hadits ini tidak membuatku kagum", demikianlah yang terdapat pada Tahdzibul Kamal (9/417).
Dan sanad hadits ini lemah. Berkata Abu Bakar Al-Atsram, "Aku mendengar Imam Ahmad -dan beliau menyebutkan riwayat orang-orang Syam dari Zuhair bin Muhammad- berkata, "Mereka meriwayatkan darinya (Zuhair,-pent) beberapa hadits mereka (orang-orang Syam, -pent) yang dhoif itu". Ibnu Abi Hatim berkata, "Hafalannya jelek dan hadits dia dari Syam lebih mungkar daripada haditsnya (yang berasal) dari Irak, karena jeleknya hafalan dia". Al-Ajalaiy berkata. "Hadits ini tidak membuatku kagum", demikianlah yang terdapat pada Tahdzibul Kamal (9/417).
Aku katakan : Dan Muhammad bin Sulaiman Syaami, biografinya
(disebutkan) pada Tarikh Damasqus (15/q 386-tulisan tangan) maka riwayatnya
dari Zuhair sebagaimana di naskhan oleh para Imam adalah mungkar, dan hadits
ini darinya.
Walaupun dari segi matan hadis ini benar karena telah
teruji secara ilmiah oleh para ahli kesehatan dan kedokteran, namun sungguh
demi Allah!!! seseorang tidak diperbolehkan berdusta atas nama Rasulullah SAW.
Jika ingin menggunakannya bahasakanlah berdasarkan seseorang yg pertama kali
menemukan kebenaran ilmiahnya, misalnya Menurut dr.X “Puasa itu akan membuat
kita sehat” dan jangan berdusta atas nama Rasulullah
Keempat
“Tidurnya orang yang berpuasa
adalah ibadah, diamnya adalah tasbih, do’anya dikabulkan, dan amalannya pun
akan dilipatgandakan pahalanya.”
Hadits ini diriwayatkan oleh Al
Baihaqi di Syu’abul Iman (3/1437).
Hadits ini dhaif, sebagaimana
dikatakan Al Hafidz Al Iraqi dalam Takhrijul Ihya (1/310).
Al Albani juga mendhaifkan hadits ini dalam Silsilah Adh Dha’ifah (4696).
Terdapat juga riwayat yang lain:
“Orang yang berpuasa itu
senantiasa dalam ibadah meskipun sedang tidur di atas ranjangnya.”
Hadits ini diriwayatkan oleh Tammam
(18/172). Hadits ini juga dhaif, sebagaimana dikatakan
oleh Al Albani di Silsilah Adh Dhaifah (653).
Yang benar, tidur adalah perkara
mubah (boleh) dan bukan ritual ibadah. Maka, sebagaimana perkara mubah yang
lain, tidur dapat bernilai ibadah jika diniatkan sebagai sarana penunjang
ibadah. Misalnya, seseorang tidur karena khawatir tergoda untuk berbuka sebelum
waktunya, atau tidur untuk mengistirahatkan tubuh agar kuat dalam beribadah.
Sebaliknya, tidak setiap tidur orang
berpuasa itu bernilai ibadah. Sebagai contoh, tidur karena malas, atau tidur
karena kekenyangan setelah sahur. Keduanya, tentu tidak bernilai ibadah, bahkan
bisa dinilai sebagai tidur yang tercela. Maka, hendaknya seseorang menjadikan
bulan ramadhan sebagai
kesempatan baik untuk memperbanyak amal kebaikan, bukan bermalas-malasan.
Wa ba'du : Inilah empat hadits yang didhaifkan oleh para ulama dan di lemahkan oleh para Imam, namun walaupun demikian kita (sering) mendengar dan membacanya pada hari-hari di bulan Ramadhan yang diberkahi khususnya dan selain pada bulan itu pada umumnya.
Tidak menutup kemungkinan bahwa sebagian hadits-hadits ini memiliki makna-makna yang benar, yang sesuai dengan syari'at kita yang lurus baik dari Al-Qur'an maupun Sunnah, akan tetapi (hadits-hadits ini) sendiri tidak boleh kita sandarkan kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, dan terlebih lagi -segala puji hanya bagi Allah- umat ini telah Allah khususkan dengan sanad dibandingkan dengan umat-umat yang lain. Dengan sanad dapat diketahui mana hadits yang dapat diterima dan mana yang harus ditolak, membedakan yang shahih dari yang jelek. Ilmu sanad adalah ilmu yang paling rumit, telah benar dan baik orang yang menamainya : "Ucapan yang dinukil dan neraca pembenaran khabar”.
Semoga Bermanfaat
Wallahu A’lam
[Disalin dari Kitab Sifat Shaum Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam
Fii Ramadhan, edisi Indonesia Sipat Puasa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam
oleh Syaikh Salim bin Ied Al-Hilaaly, Syaikh Ali Hasan Abdul Hamid, terbitan
Pustaka Al-Haura, penerjemah Abdurrahman Mubarak Ata]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Leave Your Comment