Total Tayangan Halaman

Sabtu, 21 Juli 2012

MUSIM JAMAAH

Musim dapat diartikan dengan waktu tertentu yg bertalian dng keadaan iklim, misalnya bulan februari sampai bulan juni merupakan musim buah-buahan mulai dari Mangga, Durian, Rambutan, dan Langsat. Lantas bagaimana dengan musim jamaah di masjid? Tentunya musim jamaah membludak di masjid yaitu pada Ramadhan saja, saya mengatakan musim jamaah karena jamaah banyak berdatangan ke masjid ya hanya di bulan Ramadhan saja. Itulah penggunaan kata musim karena hanya ada di waktu-waktu tertentu saja.

Kenyataannya sholat jamaah di masjid yang ada di negeri ini diluar bulan ramadhan lebih banyak kosongnya daripada isinya. Paling banyak 2-3 shaf untuk sholat Maghrib, sedangkan untuk Sholat Subuh dan Isya’ sedikit peminatnya kecuali para jamaah lansia yang akan banyak kita dapati di shaf-shaf sholat subuh. Terbuktilah sabda Nabi SAW : “Sesungguhnya shalat yang paling berat bagi orang munafik adalah shalat Isya’ dan shalat Subuh. Sekiranya mereka mengetahui apa yang terkandung di dalamnya, niscaya mereka akan mendatangi keduanya (berjamaah di masjid) sekalipun dengan merangkak” [HR Al-Bukhari dan Muslim]

Meskipun anjuran sholat berjamaah di masjid terutama bagi laki-laki terus disampakan setiap saat tetapi belum juga menggerakkan hati.
Shalat 5 waktu sebagai tiang agama dalam Islam memegang peranan penting menyangkut status keislaman seseorang. Dalam Al-Qur’an disebutkan:
“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui ghayya.” (QS. Maryam: 59)

Para ulama menafsirkan kata ‘ghoyya’ dalam ayat tersebut bahwa dia adalah sungai di Jahannam yang makanannya sangat menjijikkan, yang tempatnya sangat dalam. Para ulama menyatakan bahwa tatkala orang yang meninggalkan shalat berada di dasar neraka, maka ini menunjukkan kafirnya mereka. Karena dasar neraka bukanlah tempat seorang pelaku maksiat selama dia masih muslim. Hal ini dipertegas dalam lanjutan ayatnya, “Kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh.” Ini menujukkan bahwa ketika mereka menyia-nyiakan shalat dengan cara meninggalkannya, maka mereka bukanlah orang yang beriman. Hadist Rasulullah SAW:
“Sungguh yang memisahkan antara seorang laki-laki (baca: muslim) dengan kesyirikan dan kekufuan adalah meninggalkan shalat.” (HR. Muslim)
Na’uduzubillah, semoga kita bukan termasuk orang yang digolongkan pada kekafiran akibat meninggalkan shalat. Shalat  fardhu berjamaah di masjid juga ternyata menjadi salah satu hal yang penting mengenai status keislaman kita. Bahkan Rasulullah SAW dalam hadistnya begitu tegas menyampaikan:
“Pernah ada seorang lelaki buta datang kepada Rasulullah salallahu’alaihi wassalam, ia berkata: ‘ Ya Rasulullah, aku tidak memiliki pemandu yang bias menuntunku untuk pergi ke masjid.’ Dia lalu meminta kepada Rasulullah salallahu’alaihi wassalam agar diberi keringanan untuk mengerjakan shalat dirumah, lalu beliau mengabulkannya. Namun tatkala lelaki itu hendak pergi, beliau memanggilnya, lalu bertanya: ‘Apakah engkau mendengar dilantunkannya adzan?’ dia menjawab: ‘Ya.’ Beliau bersabda: ‘Kalau begitu, datangilah (shalat berjama’ah).’” (HR. Muslim)
Logikanya  orang yang buta saja masih dianjurkan untuk menuju shalat berjamaah, apalagi bagi yang normal. Tak ada uzur sedikitpun. Moga kita bukanlah termasuk jamaah musiman yang dimaksud, apalagi sampai meniggalkan sholat 5 waktu. Kita lah sepatutnya yang mengakan sholat bahkan mengajak keluarga kita. Dalam Qur’an disebutkan:

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” 

Berbeda halnya di bulan Ramadhan yang dimana jamaah di masjid akan membludak sampai-sampai di hari-hari awal masjid-masjid penuh sesak karena tidak dapat menampung banyaknya jemaah karena semangat awal ramadhan yang menggebu-gebu, Namun sayang seribu sayang pada akhir Ramadhan jamaah di masjid-masjid mengalami kemajuan shaf karena kesibukan menyambut idul fitri sehingga kebanyakan dari mereka lebih memilih bergentayangan di Mal-mal....(Afwan), Padahal seharusnya di akhir ramadhan itulah penentuan kita mendapatkan gelar takwa atau tidak.
Setelah Ramadhan berakhir maka tidak ada pula yang tersisa, bahkan  jumlah jamaah di masjid pun akan kembali seperti semula pada bulan-bulan di luar ramadhan, atas dasar inilah admin menggunakan kata Jamaah musiman (jamaah yang hanya ada di musim-musim tertentu saja)




Meminjam Istilah ustad Nur Maulana: "JAMAAAAH....OOOOHHH...JAMAAAAH, JADI JAMAAH KOK MUSIMAN"

Nah, sekarang pertanyaan itu kembali pada diri kita masing-masing, apakah anda jamaah musiman atau jamaah sejati? Silahkan di jawab sendiri

Semoga Bermanfaat
Wallahu A’lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Leave Your Comment